Wednesday, October 28, 2015

No Title

No Title #1
Bagai sebuah hamparan pantai,
pernikahan adalah bersatunya pasir dan air laut,
yang jelas-jelas berbeda dalam banyak hal,
yang dipertemukan oleh takdir,
yang diperjodohkan sepanjang garis tak terputus,
walau berliku hampir tak pernah lurus,
namun tetap selalu bertemu,
menghasilkan banyak hal yang lebih indah,
dari sekedar pasir, dan dari sekedar air laut ...

No Title #2 
Secangkir kopi pun,
bercerita banyak tentang pernikahan,
air jernih, tenang, mengalir,
berjodohkan bubuk kopi kasar dan kaku,
dua sifat yang hampir tanpa persamaan,
sang air rela untuk lebih kotor dan berwarna,
dan si bubuk kopi bersedia menjadi lebih halus.
pun untuk tak lagi kaku ...

rizapn, jakarta 13 April 2000
ditulis sebagai "kado" pernikahan seorang teman dekat

Tuesday, October 27, 2015

Aku Adalah Seorang Pujangga

Aku adalah seorang pujangga,
tugasku menuliskan untaian kata,
tentang duka, tentang cinta, tentang apa saja,
buat semua, biar terbawa dalam suasana.

Aku adalah seorang pujangga,
anugerahku adalah merangkai kata,
dari Tuhan, buat kita semua,
biar makin bersyukur, kita pada-Nya.

Aku adalah seorang pujangga,
syair dan puisiku tak selalu adalah fakta,
jangan jadikan ia laksana sabda,
cukuplah sebagai pelipur lara.

Aku adalah seorang pujangga,
dan kita semua, adalah aktor ceritanya.


rizapn - 16jan2015

Zie, Ingatkah Engkau

Zie, ingatkah engkau
pohon rindang di deket alun-alun Keraton
tempat kita berbagi cerita?
Jika kelak mesin waktu ditemukan,
dan seseorang berjalan melintas
di dekat pohon itu di masa kita,
aku rasa dia akan iri melihat kedekatan kita,
mendengar tawa renyah lepasmu,
atau melihat senyum-senyum ceria
di wajah kita berdua.

Zie, ingatkah engkau
pohon rindang di deket kantin sekolah
tempat kita sering becanda?
Jika waktu bisa diputar ulang,
dan seseorang kebetulan lewat situ di masa itu,
aku yakin dia akan turut tertawa,
mendengar cerita lucumu tentang apa saja,
atau melihat tingkah polah tak jelas kita berdua.

Zie, sekarang aku berdiri
di bawah pondong rindang
di samping sebuah musholla tua,
memanjatkan doa dan memutar beberapa kisah kenangan,
membayangkan senyum terakhirmu
sebelum kisah kita berakhir ...
di depan batu nisanmu.

Selamat jalan Zie,
semoga engkau tenang disana.

rizapn, 19-oct-2014

404 Ray Street

Cerita Tentang Ray
Bagian 3: 404 Ray Street

Ray, ingatkah kamu perjumpaan kita di bandara ibukota ketika itu ...
Ayahmu menitipkan dirimu padaku,
seolah menambah keyakinan agar bisa melepas kepergianmu,
jauh merantau ke negeri benua biru.

Ray, tahukah kamu,
betapa tak sesuainya kebersamaan kita waktu itu, dengan angan dan harapku,
tak bisa kunikmati candamu, kedekatanmu, tak seperti sebelum itu,
kau lebih banyak menghabiskan waktumu bukan denganku.

Ray, ingatkah kamu ruang 404 di apartemen tempat kita menginap,
tempat kita berdebat hingga menitikkan air mata,
sepakat gencatan senjata,
setelah berhari-hari tak bertegur sapa.

Sayangnya Ray,
itulah kebersamaan kita yang paling berkesan,
karena setelahnya, kita memang bisa senyum bersama,
tapi sudah tak seperti sebelum-sebelumnya.

Dan Ray, sekarang aku disini,
kembali kesisimu, kembali menemanimu,
mari kenang kebersamaan kita, canda tawa berdua kita,
mari ceritakan keseharian kita, senyum bahagia berdua kita,

di dua alam yang sudah tak lagi sama.

riza - 28oct2015
taken from "The Old Story of RizaPN"

Sunday, October 25, 2015

Aku Tahu Sekarang

Aku Tahu Sekarang ...

Aku tahu sekarang ... kenapa Tuhan menitipkan padaku sebuah kenangan sesaat tentang dirimu, padahal hanya sesaat. Kenangan itu, mungkin cuman sekedar proses "perkenalan" (kembali, karena seingatku, sebelumnya kita juga sudah pernah berkenalan secara "sambil lalu"), tetapi entah kenapa dia tak pernah bisa hilang dari ingatanku.

Waktu itu, aku hanya bertanya, mengulang namamu, seorang gadis manis adik kelasku, "Raisya yo ..." ... lalu, kita bersalaman, di depan Ruang Guru. Hanya itu yang terjadi ... karena selebihnya hanyalah kecamuk perasaan dan pikiranku yang berkhayal terlalu jauh, "seandainya dia adalah milikku ..."

Kamu percaya kan bahwa tak ada yang kebetulan?
Aku tahu sekarang ... kenapa Tuhan tidak menghapus kenangan sesaat itu. Takdir memang tidak menyatukan kita, tetapi takdir telah mempertemukan kita kembali setelah sekian lama. Tak ada yang kebetulan ... termasuk kenapa aku tak bisa melupakan kenangan itu. Dan ternyata, Tuhan memberikan satu lagi bagian terindah dalam "kenangan kita", kepadamu, yaitu saat kamu menerima surat dariku. Kenangan sepenting itu, entah kenapa, tak bisa kudapatkan. Tuhan seperti hendak membagi dua kenangan kita :) ... dan tentu juga tak kebetulan, bahwa kenangan itu berbeda.

Aku tahu sekarang ... untuk apa Tuhan menitipkan padaku kenangan itu.
Engkau mungkin tak percaya dengan ceritaku tentang kenangan manis (dalam definisiku) walau sesaat itu, dan tentu aku juga tak bisa memberi bukti apa-apa (sampai suatu saat nanti ada mesin pembaca pikiran dan kenangan :)). Tapi adalah fakta bahwa "perjumpaan" terakhir kita ini, diawali dengan sebuah sapaan dari "orang tak dikenal" (tanpa PP), dan langsung kutebak dengan benar kan siapa pengirimnya? ... Karena aku berharap bahwa itu benar-benar kamu ...

Engkau telah menghukumku, dengan seluruh ingatanmu
Engkau telah menghukumku, dengan seluruh ceritamu
Engkau telah menghukumku, dengan seluruh pengakuanmu
Dan aku benarbenar terlempar ja(t)uh ... dalam sesal.

Aku tahu sekarang ... Tuhan menitipkan kenangan itu, supaya aku siap, pada saat takdir keduaku dibacakan ... pada saat kita kemudian dipertemukan ... pada saat kenangan lain dipaparkan ... pada saat debar-debar jantung kita hampir tak bisa ditahan ... kita seperti langsung diingatkan, bahwa takdir menuntun kita ke jalan yang berbeda. Bahwa meskipun hampir, bahwa meskipun kita punya persamaan rasa (yang akhirnya kita sama-sama tahu di pertemuan kita kali ini), kita tak ditakdirkan untuk bersama.

Takdirku dan takdirmu 
telah ditulis
meskipun hampir
tetap tak bertemu.

Takdirku dan takdirmu
telah dibacakan
meski se-rasa
tetap tak bersatu.

Takdir telah mempersiapkan kita, supaya engkau tetap mengenangku sebagai seorang kakak kelas yang sekedar iseng berkirim surat kepada adik kelasnya, dan kemudian tak peduli jawaban dia ... dan aku tetap mengenangmu sebagai sosok yang tak mungkin kuharap cintanya.

Biarlah rindu ini kita pendam
biarlah rasa ini kita redam
meski kadang menyesakkan
tapi takdir ... telah ditentukan.

Mari berbahagia dengan jalan takdir yang kita dapatkan.
Penggalan cerita ini, biarlah kita simpan di tempat yang aman, di dalam jiwa terdalam kita. Mari tersenyum setelah ini, karena ternyata, rindu kita di masa lalu, tak bertepuk sebelah tangan ...

Bukankah cinta tak harus memiliki ? :)

Ditulis oleh rizapn 02/03/2012 15:40 wib
berdasarkan kisah dari seseorang, demi mengenang rindu yang datang dari masa lalu